Sunday, 21 August 2016

Langkah Membuat Header Blog




       Mempunyai blog adalah impian dari setiap insan yang senang ngeblog. Tetapi kalau cuma 
mempunyai blog dan Tampilan Standar tentunya kita ataupun orang lain yang lihat akan menganggap isinya pasti standar juga. Maka disini saya akan menjelaskan gimana cara membuat Header blog. Adapun Langkah yang harus kita lakukan adalah :

1. Buka browser di Komputer anda, tunggu hingga muncul halaman browser.

2. Jika halaman sudah muncul, yang perlu anda lakukan adalah Kunjungi 
    Tunggu Hingga keluar halaman seperti dibawah ini.
   












3.  Pilih Gambar ataupun tulisan yang diinginkan
     Perhatikan garis hijau!!!
     
     1. Tulis Nama Blog Yang Ingin anda buat Header
     2. Ubah warna dan buat tulisan yang bagus.
     3. klik create logo kalau Disain nama header blog anda sudah selesai.













 4. Kemudian akhiri dengan mendowload Header yang sudah anda buat ke drive Komputer anda.
   
Demikian saja Cara membuat Header yang bisa saya uraikan buat sahabat bloger, semoga bermanfaat buat sahabat-sahabat bloger sekalian....

Kita sambung lagi di .... Memasang Header Blog








Pada Pembahasan Yang lalu saya sudah Menjelaskan Cara membuat Header diblog kita. tetapi itu tidak ada artinya  jika kita belum memasangnya di blog kita.
Namun sahabat bloger tidak perlu gundah gulana, karena memasang header sangat gampang sekali.

Langkah- langkah yang perlu kita lakukan adalah :

1. Sebelumnya Header blog yang sudah kita buat kita simpan di drive komputer. itu terserah anda        mau simpan di mana. tapi yang perlu kita lakukan buka blog anda!!




2. Diblog anda tersebut anda klik di setelan yang ada disebelah kanan komputer anda

    Perhatikan gambar dibawah ini !

3. Setelah keluar gambar tata letak di blog anda, kemudian klik di header  blog untuk mengedit               header tersebut.
   
    Lebih kurangnya seperti ini :

4. Kemudian Sahabt bloger akhiri dengan simpan di blog anda. dan ketika nantinya anda melihat di         pratinjau blog anda akan seperti ini...

Itulah Saja yang dapat saya uraikan dalam kesempatan kali ini. makasih atas kunjungannya...



Friday, 12 August 2016


Dalam Kehidupan dewasa ini, orang awam sudah mulai memperhatikan tentang kesehatan.

 karena kesehatan sungguh sangat mahal harganya. Tentu saja dalam hal ini yang harus 

diperhatikan adalah Vital Sign.. 

Lalu Apa itu yang dinamakan vital sign??

Untuk itu kita akan membahas itu dalam Uraian berikut.

Vital Sign adalah tanda-tanda vital yang sangat menentukan kondisi dari seseorang. pemeriksaan tanda vital (vital sign) meliputi pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan Ada Empat tanda vital utama secara rutin di pantau oleh para medis dan penyedia layanan kesehatan adalah Suhu tubuh, Denyut nadi, pernafasan dan Tekanan darah. VitalSigns berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis. Pemeriksaan tanda vital dilakukan saat pertama kali anda mendapat perawatan medis, dan apabila anda dicurigai menderita suatu penyakit serius pemeriksaan vital Signs ini terus dilakukan secara berulang dan terus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan penyakit. 
1.Pengkuran Suhu badan
   Suhu badan manusia itu bervariasi, mulai dari aktivitas seseorang sampai dengan jenis kelamin manusia itu sendiri. adapun sahu badan normal itu adalah berkisar antara 36,5 derajat C - 37,2 derajat C. atau setara dengan 97,8 derajat F - 99 derajat F.
   Adapun Suhu badan itu tergantung dari usia dari manusia itu sendiri, lihat tabel di bawah ini :
Tabel Menurut Usia


Metode pengukuran vital signs Suhu tubuh seseorang dapat dilakukan melalui salah satu cara berikut:
  1. Melalui mulut. Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik, atau termometer digital yang lebih modern untuk mengukur suhu tubuh.
  2. Melalui Dubur. Suhu diukur pada dubur menggunakan termometer kaca / digital cenderung 0,5-0,7 derajat F lebih tinggi daripada oral.
  3. Melalui ketiak / Suhu aksila. Dapat diambil di bawah lengan menggunakan termometer. Suhu yang diambil oleh jalur ini cenderung 0,3-0,4 derajat F lebih rendah dibandingkan suhu oral.
  4. Di telinga. Sebuah termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu gendang telinga, yang mencerminkan suhu inti tubuh (suhu organ internal).
  5. Di kulit. Sebuah termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu kulit di dahi.
2. Pengukuran Denyut nadi
   Denyut nadi adalah pengukuran denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. dalam mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Mengukur denyut nadi tidak hanya berguna untuk mengukur detak jantung saja, tetapi juga dapat menunjukkan Irama jantung .

Denyut Nadi normal untuk orang dewasa sehat berkisar 60-100 denyut per menit. Denyut nadi dapat meningkat dengan olahraga, penyakit, cedera, dan emosi. Pemeriksaan tanda vital Denyut nadi yang biasa dilakukan pada arteri radial pada pergelangan tangan, pada siku ( arteri brakialis ), di leher terhadap arteri karotis, di belakang lutut ( arteri poplitea ), atau di kaki dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior . Denyut nadi biasanya diukur dengan menggunakan stetoskop atau secara langsung menggunakan jari dengan menekan nadi penderita selama 60 detik (atau selama 15 detik dan kemudian kalikan dengan empat untuk menghitung denyut per menit).

Denyut nadi juga tergantung dari dari usia juga, lihat tabel dibawah :



3. Respirasi atau Pernafasan

Tingkat Respirasi adalah jumlah pernapasan seseorang per menit. Tingkat biasanya diukur ketika seseorang beristirahat dengan menghitung berapa kali dada meningkat selama satu menit. pernafasan dapat meningkat karena demam atau karena penyakit dan kondisi medis lainnya. Ketika memeriksa pernapasan penting juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas. Pernafasan normal untuk orang dewasa sehat antara 12-20 kali per menit.

 Adapun tingkat pernafasan pada anak dan bayi adalah pada anak-anak pernapasan berkisar antara 20-30x/menit, sedangkan pada bayi pernapasan adalah 30-40x/menit.

4. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan alat pengukur tekanan darah yang disebut dengan Tensimeter dan stetoskop, tekanan darah merupakan kekuatan darah mendorong dinding arteri. Setiap kali jantung berdetak memompa darah melalui arteri ke seluruh tubuh. tekanan darah normal seseorang dipengaruhi oleh usia, dan aktivitas fisik yang dilakukan. karena itu pemeriksaan tekanan darah dilakukan ketika beristirahat paling tidak sekitar 15 menit setelah melakukan suatu aktifvitas fisik. 

Tekanan darah normal yaitu 120/80 MmHg. ukuran tekanan darah dibagi menjadi dua yaitu sistolik dan Diastolik. Sistolik mengacu pada tekanan dalam arteri saat jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. sedangkan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri saat jantung beristirahat dan mengisi dengan darah. Pada bayi tekanan darah lebih rendah daripada orang dewasa.
 Tabel darah normal bayi- dewasa;



Tabel Darah Normal- Hypertensi Dewasa :



Itulah 4 Tanda-tanda Vital ( VITAL SIGN) Yang sangat perlu diperhatikan dalam
 Menunjang Hidup Sehat Dalam Kehidupan sehari-hari manusia. dan untuk mencapai vital sign yang di inginkan perlu diperhatikan pola makan yang sehat pula...
Terima kasih untuk temen- temen yang sudah mau berkunjung dan jangan lupa share untuk teman yang lain!!! 
karena semakin banyak ilmu kita tahu dan berbagi semakin kita dekat dengan sesama dan berpahala juga kalau kita mau berbagi...!!! TRim's.

SALAM KOMPAK SELALU ..................!!!!













BAB I

A.    PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara Langsung menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).

Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.


B.TUJUAN
1.      Tujuan Umum: Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien    dengan hipertensi.
2.      Tujuan Khusus:
1)      Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
2)      Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi
C.    Manfaat
1.      Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.




BAB II
PEMBAHASAN / KONSEP TEORI

A.    PENGERTIAN
Hypertensi Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya.Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)



B.     KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau             tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan               tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
    Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan           besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui                         penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

C. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1.  Elastisitas dinding aorta menurun
2.  Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.  Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas                 pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5.Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
  Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data                 penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya               hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.Faktor keturunan
   Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2.Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d.Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f.  Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

D.  PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E.     TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.      Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.      Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

F.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6.      Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

G.  PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.       Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1)      Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2)      Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3)      Penurunan berat badan
4)      Penurunan asupan etanol
5)      Menghentikan merokok
b.      Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
1)      Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
2)      Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3)  Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4)  Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
C. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.      Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2.      Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3.      Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4.      Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. 



BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.  PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2.  Riwayat atau adanya factor resiko
    a.  Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
    b.  Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3.  Aktivitas / istirahat
    a.  Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
    b.  Frekuensi jantung meningkat
    c.  Perubahan irama jantung
    d. Takipnea
4. Integritas ego
    a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
    b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
    Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi               kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam,           kandungan tinggi kalori.
    a.       Mual, muntah.
    b.      Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan :
    a.  Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
    b.  Nyeri hilang timbul pada tungkai.
    c.   Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
    d.   Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
1.  Sirkulasi
     a.  Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit           cerebro vaskuler.
     b. Episode palpitasi,perspirasi.
2.  Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau                                 riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3.  Neurosensori :
     a.  Keluhan pusing.
     b.  Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara                   spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
    a.  Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
    b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
    c.  Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
    d.  Riwayat merokok
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
    1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral.
    2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
    3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan               afterload, vasokontriksi.
    4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan                     metabolic.
    5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak                   adekuat.
    6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan                   kognitif.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I :                Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri                                     dapat berkurang.
Intervensi :
1.Intervensi :  Mempertahankan tirah baring selama fase akut
   Rasional      :  Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres     dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik               relaksasi.
   Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat                     atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan                       komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala,     misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
     Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan      sakit kepala pada                       adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
     Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
     Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,                                                    diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
1.  Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per            menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau                sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic                      meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan       : pusing atau pingsan.
     Rasional : menyebutkan parameter membantu  dalam mengkaji respon fisiologi terhadap                       stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang                                   berkaitan  dengan tingkat aktivitas.
2.  Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi          saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan        perlahan.
     Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu                         keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D. EVALUASI
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja       jantung.


  
DAFTAR PUSRAKA
1. Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
2.  Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
3.  Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
4. Asuhan Keperawatan : Hipertensi pada Lansia                                                                        http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-hipertensi-                            pada.html#ixzz2nDdIGMpc

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR ) DI Wilayah Kerja Puskesmas Reubee 2015


A.    Latar Belakang Masalah
Program Keluarga Berencana ( KB ) secara Nasional berkaitan erat dengan program Nasional di bidang kesehatan, karena program KB Nasional bersifat mendukung dan mempunyai sasaran serupa dengan program kesehatan. Program Keluarga Berencana Nasional memberikan arahan kebijakan untuk meningkatkan kualitas  penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program KB (Ghazali.A,2007).
Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang,seperti di indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah indonesia telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana nasional (BKKBN). Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (suratun,2008).
Permasalahan kesehatan reproduksi masi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kotrasepsi meliputi: Salah satu kontrasepsi yang populer di indonesia adalah kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem (Angraini.N, 2013).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan alat Kontrasepsi dalam Rahim ( AKDR ) Di Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie tahun 2015 .

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
        Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan AKDR di Puskesmas reubee Kecamatan delima Kabupaten pidie tahun 2015 .
2.      Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan AKDR di Puskesmas reubee kecamatan Delima Kabupaten pidie tahun 2015 .
b.  Untuk mengetahui hubungan sikap dengan penggunaan AKDR di Puskesmas reubee kecamatan Delima Kabupaten pidie tahun 2015 .
c.  Untuk mengetahui hubungan informasi dengan penggunaan AKDR di Puskesmas reubee kecamatan Delima Kabupaten pidie tahun 2015 .

D.  Kerangka Teoritis



 




E.  Kerangka Konsep
Beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim, diantaranya : Pengetahuan, sikap, informasi. Oleh karena itu tenaga kesehatan diharapkan memberikan komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ) yang lebih efektif kepada calon akseptor KB ( Suratun, 2008 ).
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :





 






DAFTAR PUSTAKA
Ghazali. A. M, ( 2007 ). “ Dinamika Kependudukan ( Diklat )” BKKBN
Suratuna, ( 2008 ), Pelayanan Kesehatan Berencana dan pelayanan Kontrasepsi,
            Penerbit trans info Media, Jakarta.
Anggraini. N, ( 2013 ). “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasangan usia subur terhadap pemilihan Kontrasepsi Modern di Kecamatan Simeulu timur.




About Me

My photo
Nama saya munawir, tinggal di aceh, sigli

BTemplates.com

Chattelblog.com
Powered by Blogger.

Popular Post