BAB I
A. PENDAHULUAN
Lanjut
usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara Langsung
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu.
Lansia
merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan
sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel
kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang
sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2
maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut
WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan
perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.
B.TUJUAN
1. Tujuan Umum: Untuk memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui tentang konsep dasar
teori penyakit hipertensi.
2) Memberikan asuhan keperawatan pada klien
lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai
intervensi dan rasionalisasi
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
/ KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Hypertensi Disebut
silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari
kondisi kesehatannya.Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan
sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut
WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan
anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
B. KLASIFIKASI
Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama
atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah
dari 90 mmHg.
Klasifikasi
hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer
) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
di sebabkan oleh penyakit lain.
C. ETIOLOGI
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal
ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5.Meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer
Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.Faktor
keturunan
Dari
data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2.Ciri
perseorangan
Ciri
perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d.Kebiasaan
hidup
Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan
atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e.
Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison,
epineprin )
Sedangkan
penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol,
Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf,
Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan
Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan
gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang
spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa
gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh
sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari
sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan
factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang
perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat
megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
4. Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler ).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji
aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa
Darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi
implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaikan dapat
mengindikasikan hiperadrenalisme
11. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran
jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi
bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan
sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10
gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam
lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga
yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah
raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25
menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu
dan paling baik 5 x perminggu
C. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis
untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu
tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu
prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2.Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi
tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika,
beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis
lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi
jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan
petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1. Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji
pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang
hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup
monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan,
keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat
mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi
kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner
/keterlibatan jantung
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti
yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis,
penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau
yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori :
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan
aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal
paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular Cerebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum.
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap
hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi.
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan system pendukung yang tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan
kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I : Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri dapat
berkurang.
Intervensi :
1.Intervensi : Mempertahankan tirah baring
selama fase akut
Rasional : Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan
yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase
kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab,
batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Diagnosa II: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan kriteria hasil : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
1. Kaji respon pasien terhadap
aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas
frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah
aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat
20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :
pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir
rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy
mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
D. EVALUASI
1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan
hilang atau terkontrol
2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan/diperlukan
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
DAFTAR
PUSRAKA
1. Doenges., 2003. Rencana Asuhan
Keperawatan.EGC. Jakarta
2. Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut
usia.Trans Info media.Jakarta
3. Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan
lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
4. Asuhan Keperawatan : Hipertensi pada
Lansia http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-hipertensi- pada.html#ixzz2nDdIGMpc