Wednesday, 28 September 2016

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya ketersediaan atau sumber-sumber yang dierikan oleh lingkungan dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya (Soemarwoto, 2010).
Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup, yang memiliki cirri yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan lainnya. Dengan berbagai tingkah laku, corak kepentingan , keinginan, ideology, pandangan nilai dan seterusnya maka manusia dibawah panji-panji ekosistem tersebut telah banyak mempengaruhi dan mengubah wajah bumi ini dan cenderung tidak lagi mencerminkan ketidakseimbangan (Depkes RI, 2009).
Dalam lingkungan hidup yang baik, interaksi antara berbagai komponen akan selalu terdapat keseimbangan. Keseimbangan demikian boleh disebut tergantung pada kepentingan manusia, karena pada hakekatnya lingkungan hidup adalah bersifat antrophocentris. Artinya lingkungan hidup dipelihara, dibangun atau dikelola dengan sebaik-baiknya tidak lain demi kepentingan dan kelangsungan kehidupan generasi-generasi umat manusia (Muhammad Erwin, 2009).
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup mempunyai jangkauan luas. Peran serta tersebut tidak hanya meliputi peran serta kelompok dan organisai masyarakat, akan tetapi meliputi pula peran serta para individu yang terkena berbagai peraturan dan keputusan administrative. Peran serta setiap orang sebagai anggota masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup sangatlah mutlak diperlukan, apabila diinginkan program-program di bidang pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang itu berhasil dengan baik (Depkes RI, 2010).
Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah disebut masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah (Koentjaraningrat, 2011).
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang menyatakan peran serta masyarakat sebagai berikut:
1.         Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya    untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2.      Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3.      Dan menumbuhkembangkan kemampuan dan kepelaporan masyarakat.
Menurut data baru yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia bahwa 13 juta kematian di seluruh dunia dapat dicegah setiap tahunnya dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Di beberapa negara, lebih dari sepertiga beban penyakit dapat dicegah melalui peningkatan kualitas lingkungan. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dan terbebas dari kontaminasi kotoran dari lingkungan sekitar. Kemudian bagaimana dengan lingkungan yang tidak sehat? Lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang kotor. Lingkungan yang kotor berarti lingkungan tersebut sudah tercemar. Pencemaran lingkungan terbagi atas pencemaran air, udara, dan tanah (WHO, 2012).
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Perilaku manusia yang membuat lingkungan sehat, manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya (Soemarwoto, 2010).
Berdasarkan surve awal yang peneliti lakukan di Gampong Blang Kabupaten Pidie dari keseluruhan masyarakat yang ada di Gampong Blang 33.33% mengatakan kurang termotivasi untuk menjaga kebersihan, sehingga masyarakat tidak begitu berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kemudian perilaku dan pengetahuan tentan kesehatan masih kurang baik dan informasi yang masyarakat dapatkan masih kurang dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mendakan penelitian secara langsung dan dituangkan dalam Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie  Tahun 2015”.

B.       Rumusan Masalah  
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie.   

C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari tingkat pengetahuan.
b.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari pendidikan.
c.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari perilaku.  

D.      Manfaat Penelitian
1.                Peneliti
Untuk dapat menembah wawasan, informasi dan ilmu pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah di Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah.
2.                Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang menjaga kebersihan lingkungan.
3.                Institusi pendidikan
Sebagai bahan perpustakaan yang dapat di manfaatkan oleh mahasiswa, khususnya untuk menambah referensi perpustakaan.
4.                Tenaga kesehatan
Diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi sehingga dapat melakukan peningkatan serta penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat mengetahui menjaga kebersihan lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang baik.

E.       Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan dan luasnya permasalahan yang ada, penulis membatasi penelitian pada gambaran tingkat pengetahuan, pendidikan dan informasi mengenai Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2015.

Thursday, 8 September 2016

BAB VI
PENUTUP
6.1   Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistic tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Nifas Tentang Penggunaan Obat Tradisional Di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie 2016 dapat disimpulkan bahwa :
6.1.1   Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.562(p<0,05).
6.1.2   Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.620(p<0,05).
6.1.3   Ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.113(p<0,05).
6.1.4   Ada hubungan yang signifikanantarakepercayaandenganperilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.390 (p<0,05).

6.2  Saran
6.2.1     Bagipenulis
Dapatmenjaditambahanilmubagipenulis yang dapatdijadikansebagaibahandalammengembangkanmasalahkesehatandalamlingkunganhidupnyadandapatmenjadiintervensi yang digunakanbagimasyarakatsekitarnyadandirinya.


6.2.2     Bagi institusipendidikan
Sebagai bahan pelajaran dan kajian ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penelitian, dan menambah bahan bacaan diperpustakaan.
6.2.3     Bagi instalasi kesehatan/tempatpenelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan untuk  memberikan penyuluhan tentang  perilakuibunifasdalammenggunakanobattradisional, pengetahuan yang diberikan pada tingkat individu, keluarga maupun   kelompok   yang bertujuan  untuk  mengurangi atau mencegah terjadinya suatu maslahkesehatan. Dan penelitian ini dapat dijadikan acuan pembuatan program yang terkait dengan upaya strategi pembrantasan dan pencegahan penyakit.
6.2.4     Bagi responden
Diharapakan pada responden agar meningkatkan kesehatan yang lebihbaikdanmenjadiilmu yang bermanfaatdalammengambilsebuahkeputusandalammenjagakesehatanhidupnya.
6.2.5      Bagi peneliti lain

Bagi peniliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai penggunaanobattradisionalyanglebihbaikdansepisifiklagidengan menghubungkan antara variabel dengan perilakumenggunakanobattradisional.

Kembali Ke Ibu Nifas Bab I

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1  Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Reubee merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik pemerintah yang terletak di Kecamatan Delima.Dengan  km2 yang meliputi 21 desa.Jumlah keseluruhan petugas/pegawai Pukesmas Reubee adalah 80 orang, diantaranya jumlah Dokter  3 orang, jumlah perawat 40 orang, jumlah bidan 30 orang, jumlah petugas TU 3 orang, jumlah Analis 2 orang, dan jumlah Apoteker/Farmasi 3 orang.
Adapun batas-batas wilayah Pukesmas Reubee yang merupakan wilayah Kecamatan Delima Kabupaten Pidie adalah sebagai berikut :
a.       Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Grong-Grong.
b.      Sebelah Timur  berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Delima.
c.       Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Mila.
d.      Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Padang Tiji.
Adapun fasilitas yang ada di Puskesmas Reubee yaitu Poli KIA, IGD, Rawat Inap,Poli MTBS, Laboratorium, Rumah Dokter, dan Apotik.

5.2  Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie pada tanggal 10 sampai dengan 15 Agustus 2016, dengan jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 55 responden, dan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner penelitian untuk diisi oleh responden.
Hasil penelitian untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Nifas Tentang Penggunaan Obat Tradisional Di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie 2016.
5.1.1     Analisa Univariat
a.    Perilaku
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Perilaku RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Frekuensi
Persentase
1.
Baik
47
85,5
2.
Tidak Baik
8
14,5
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas perilaku responden berada pada katagori baik yaitu 47 responden (85,5%).
b.   Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan RespondenDi Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
1.
Tinggi
22
40
2.
Sedang
25
45,5
3.
Rendah
8
14,5
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan respondenberada pada katagori sedang yaitu 25 responden (45,5%).

c.    Budaya
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Budaya RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Budaya
Frekuensi
Persentase
1.
Ya
46
83,6
2.
Tidak
9
16,4
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas budaya berada pada katagori yayaitu 46 responden (83,6%).
d.   Kepercayaan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kepercayaan RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Kepercayaan
Frekuensi
Persentase
1.
Ya
46
83,6
2.
Tidak
9
16,4
Total
32
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas kepercayaan berada pada katagori yayaitu 46 responden (83,6%).

5.1.2     Analisa Bivariat
a.    Hubungan  Perilaku dengan Pengetahuan
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi Hubungan Perilaku Dengan Pengetahuan Respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Reubee
Kecamatan Delima Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Pengetahuan
Total
P
value
Tinggi
Sedang
Rendah
1.
Baik
20(42,6%)
20(42,6%)
7(14,9%)
47(100%)
0.562
2.
Tidak Baik
2(25,0%)
5(62,5%)
1(12,5%)
8(100%)

Jumlah
22(40,0%)
25(45,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.5 diatas hasil analisa hubungan perilaku dengan pengetahuandiperoleh bahwa responden yang pengetahuan tinggilebih banyak perilaku baikmemakai obat tradisional(42,6%) dibandingkan dengan responden yang pengetahuan rendah(14,9%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.562. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara pengetahuandengan perilaku pemakaian obat tradisional.


b.   Hubungan  Perilaku dengan Budaya
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi Hubungan  Perilaku Dengan Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Budaya
Total
P
value
Ya
Tidak
1.
Baik
41(89,1%)
5(10,9%)
46(100%)
0.113
2.
Tidak Baik
6(66,7%)
3(33,3%)
9(100%)

Jumlah
47(85,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas hasil analisa hubunganbudaya dengan terjadinya perilakudiperoleh bahwa responden yang budaya ya lebih banyak perilaku baik(89,1%) dibandingkan dengan responden yang budaya tidak (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.113. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara budayadengan perilaku pemakaian obat tradisional.








c.    Hubungan  Perilaku dengan Kepercayaan
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi Hubungan  Perilaku Dengan Kepercayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Kepercayaan
Total
P
value
Ya
Tidak
1.
Baik
40(87,0%)
6(13,0%)
47(100%)
0.390
2.
Kurang Baik
7(77,8%)
2(22,2%)
9(100%)

Jumlah
47(85,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.7 diatas hasil analisa hubungankepercayaan dengan perilakudiperoleh bahwa responden yang kepercayaan ya lebih banyak ada perilaku memakai obat tradisional (87,0%) dibandingkan dengan responden yang kepercayaan tidak (12,2%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.390. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara kepercayaandengan perilaku memakai obat tradisional.

5.3  Pembahasan
5.2.1     Hubungan  Perilaku dengan Pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.5 diatas hasil analisa hubungan perilaku dengan pengetahuandiperoleh bahwa responden yang pengetahuan tinggi lebih banyak perilaku baik memakai obat tradisional (42,6%) dibandingkan dengan responden yang pengetahuan rendah (14,9%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.562. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara pengetahuandengan perilaku pemakaian obat tradisional.
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemuai dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau di katakana sebelumnya (Wikipedia.Org/wiki/-pengetahuan di akses 2016).
Pengetahuan adalah hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Natoatmodjo, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Roger 1974 (Natoatmodjo, 2007)diketahui bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan, sebelum mengadopsi prilaku baru di dalam diri orang tersebut akan terjadi proses yang berurutan, Apabila penerima prilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya bila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka prilaku tersebut tidak akan lama.
Dari hasi tersebut peneliti berpendapat pengetahuan yang tinggi juga akan menimbulkan perilaku baik memakai obbat tradsisionalpada  ibu nifas dan Sebaliknya, pengetahuan yang rendah dapat berperilaku yang baik menggunakan obat tradisional bagi ibu nifas.


5.2.2     Hubungan  Perilaku dengan Budaya
Berdasarkan tabel 5.6 diatas hasil analisa hubungan budaya dengan terjadinya perilakudiperoleh bahwa responden yang budaya ya lebih banyak perilaku baik (89,1%) dibandingkan dengan responden yang budaya tidak (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value = 0.113. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara budayadengan perilaku pemakaian obat tradisional.
Kebudayaan yang diartikan sebagai totalitas pikiran, tindakan dan karya manusia tersebut mempunyai tiga wujud (Koentjoroningrat, 1987 dalam Ibrahim, 2003). Pertama, kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-norma, peraturan, yag bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat dan diraba. Widyosiswoyo (2004) mengatakan gagasan-gagasan yang ada di masyarakat saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk suatu sistem budaya atau culture system, contohnya adalah adat istiadat dan ilmu pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aris( 2006)dengan judulhubunganpengetahuan ibutentang penggunaan obat herbaldipuskesmas bobotsari purbalingga   dengajumlah sampeL 45 orangdarihasilujiX2 menunjukkan faktor budayaberhubungan dengan pemakaian obat trasdisional/obat herbal.
Dari hasil tersebut  peneliti berpendapat bahwa terhadap hubungan antara budaya dengan perilaku menggunakan obat tradisional hal ini dikarenakan  lingkungan masyarakat yang masih banyak menggunakan obat-obat ramuan, daun-daunan,dandapatbudaya dalam perilaku yang baik pada menggunakan obat  tradisional.

5.2.3     Hubungan  Perilaku dengan Kepercayaan
Berdasarkan tabel 5.7 diatas hasil analisa hubungan kepercayaan dengan perilakudiperoleh bahwa responden yang kepercayaan ya lebih banyak ada perilaku memakai obat tradisional (87,0%) dibandingkan dengan responden yang kepercayaan tidak (12,2%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.390. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara kepercayaandengan perilaku memakai obat tradisional.
Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah komitmen atau perjanjian, dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti.Kepercayaan ada jika para pelanggan percaya bahwa penyedia layanan jasa tersebut dapat dipercaya dan juga mempunyai derajat integritas yang tinggi (Karsono, 2006).
Kepercayaan dapat diartikan dengan kepercayaan (belief) atau keyakinan (conviction) suatu pihak terhadap pihak lain atau terhadap suatu hubungan (relationship). (Yuniningsih, 2007).

Dari hasil tersebut  peneliti berpendapat bahwa terhadap hubungan antara kepercayaan dengan perilaku menggunakan obat tradisional hal ini dikarenakan  lingkungan masyarakat yang masih banyak menggunakan obat-obat ramuan, daun-daunan dalam mengobati segala macam masalah penyakit, sehingga menjadi keyakinan yang kuat bagi masyarakat,dandapat menimbulkankepercayaan dalam perilaku yang baik pada menggunakan obat  tradisional.
Lanjutkan Ke Ibu Nifas Bab VI

About Me

My photo
Nama saya munawir, tinggal di aceh, sigli

BTemplates.com

Chattelblog.com
Powered by Blogger.

Popular Post