Monday, 3 October 2016

BAB II
TINJAUAN TEORITIS    

A.      Konsep Kebersihan
1.             Pengertian
Bersih secara behasa berarti bebas dari kotoran, suci, bening. Secara luas, makna kebersihan dapat berarti keadaan yang menurut kepercayaan, keyakinan, akal, atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda atau kotoran (Ayuningtyas, 2014).
Kebersihan merupakan kunci kualitas kesehatan seseorang. Apabila seseorang menjaga kebersihan dengan baik, maka dia akan terjaga dari penyakit. Akan tetapi, jika ia tidak menjaga kebersihan dengan baik, maka akan cepat terkena penyakit. Keadan kotor merupakan tempat hidup kuman-kuman yang menyebabkan berbagai penyakit (Anggie, 2014).
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya ketersediaan atau sumber-sumber yang dierikan oleh lingkungan dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya(Soemarwoto, 2010).
Menurut seorang ahli ilmu lingkungan (ekologi) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut : Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita (Undang-Undang RI, 2009)
2.             Peran masyarakat
Peran serta masyarakat amat penting untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna system pengelolaan sumber alam dan lingkungan. Mutu peran serta masyarakat tergantung kepada wawasan lingkungan, tingkat kesadaran, kekuatan dan kemampuan lembaga dan pranata social serta kesempatan dan ruang gerak yang memadai bagi prakarsa masyarakat (Koesnadi, 2009)..
Gerakan swadaya masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup masih belum cukup kuat karena belum didukung sepenuhnya oleh kekuatan organisasi, pranata social, pengetahuan social, pengetahuan serta kondisi yang memadai. Untuk itu masih diperlukan usaha peningkatan kesadaran para pejabat pemerintah, baik pusat maupun didaerah, akan pentingnya menumbuhkan keswadayaan masyarakat dalam pelestarian dan perbaikan lingkungan hidup (Koesnadi, 2009).
          Menurut Lohtar Gundling mengemukakan beberapa dasar bagi peran serta masyarakat ini sebagai berikut (Harry Supriyono, 2008) :
1)      Memberi informasi kepada Pemerintah
Peran serta masyarakat terutama akan menambah pengetahuan khusus mengenai sesuai masalah, baik yang diperoleh dari pengetahuan khusus masyarakat itu sendiri maupun dari para ahli yang dimintai pendapat oleh masyarakat. Peran serta masyarakat tersebut adalah penting dan tidak diabaikan dalam rangka memberi informasi kepada Pemerintah mengenai masalah-masalah dan konsekuensi yang timbul dari tindakan yang direncanakan pemerintah. Dengan demikian pemerintah dapat mengetahui adanya berbagai kepentingan yang dapat terkena tindakan tersebut dan perlu diperhatikan.
2)      Meningkatkan kesediaan Masyarakat untuk menerima keputusan
Seorang warga masyarakat yang telah memperoleh kesempatan untuk berperanserta dalam proses pengambilan keputusan dan tidak dihadapkan suatu “ fait accompli” akan cenderung untuk memperlihatkan kesediaan yang lebih besar guna menerima dan menyesuaikan diri dengan keputusan tersebut.
3)      Membantu perlindungan hukum
Apabila sebuah keputusan akhir diambil dengan memperhatikan keberatan-keberatan yang diajukan oleh masyarakat selama proses pengambilan keputusan berlangsung, maka dalam banyak hal tidak aka nada keperluan untuk mengajukan perkara pengadilan.
4)      Mendemokrasikan pengambilan keputusan
Dalam hubungan peran serta peran serta masyarakat ini, ada pendapat yang menyatakan, bahwa dalam pemerintahan dengan sistem perwakilan, maka hak untuk melaksanakan kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat, dengan demikian, tidak ada keharusan adanya bentuk-bentuk dari peran serta masyarakat karena wakil-wakil rakyat itu bertindak untuk kepentingan rakyat.


3.             Cara Menjaga Lingkunga
Kita perlu menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita. Caranya dengan membuang sampah pada tempatnya, menyapu dan mengepel lantai rumah, menguras bak mandi minimal dua minggu sekali, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan masih banyak cara-cara lainnya yang dapat kita lakukan untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar kita (Tanti, Hardianti, 2014).
4.             Tips Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berikut ini adalah tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan (alfiandbimaboys.blogspot.com/‎2012) yaitu:
1. Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
2.  Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
3.   Sertkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
4. Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda.
5. Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap bulannya.
6. Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.
7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk;
8. Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.
9. Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
B.       Konsep Perilaku
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal, dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a.    Perilaku memelihara kesehatan adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bila mana sakit.
b.    Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut dengan perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.
c.    Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya. Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, perilau ini mencakup antara lain: makanan dengan menu seimbang,olah raga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan tidak memakai narkoba.
C. faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Natoatmojo, 2008).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemuai dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau di katakana sebelumnya (http://id.m. Wikipedia.Org/wiki/pengetahuan di akses 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roger 1974 (Natoatmojo, 2007) diketahui bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour).
Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan, sebelum mengadopsi prilaku baru di dalam diri orang tersebut akan terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.    Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu stimulus (objek).
2.    Interes (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut, di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3.    Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus terhadap bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.    Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5.    Adaptasi, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
Apabila penerima prilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya bila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka prilaku tersebut tidak akan lama.
Natoadmojo 2007 juga menjelaskan pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
1)   Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk keadaan pengetahuan mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2)   Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar terhadap objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3)   Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi ril sebenarnya.
4)   Analisis (Analysis)
Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5)   Sintesis (Systesis)
Sisntesis  menunjukkan  kepada  suatu  kemampuan  untuk   meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhannya yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulis baru dari formasi-formasi yang ada.
6)   Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang diketahui sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pentingnya pengetahuan ibu tentang kesehatan anak merupakan salah satu faktor yang mendukung ibu-ibu yang mempunyai balita dalam pemberian ASI eklusif sehingga ibu-ibu tidak memberikan makanan tambahan terlalu dini. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, maka wawasan yang didapatkan akan semakin luas (Sarwono, 2009).
2.      Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menausia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Depdiknas, 2005). Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam serta sesama manusia (Ahmadi, 2008).
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007).
Dalam batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan, yaitu:
a.    Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidikan untuk (pelaku pendidikan).
b.    Proses (upaya yang direncanakan mempengaruhi orang lain).
c.    Output (melakukan apa yang diharapkan atau prilaku).
Menurut Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2003 pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk SD/sederajat serta SLTP/sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas SLTA/sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Dokter yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memiliki tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (2008), pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang dan pedidikan dapat mendewasakan seseorang serta berprilaku baik, sehingga dapat memiliki dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
Pendidikan kesehatan dapat membantu para perawat di samping dapat meningkatkan pengetahuan juga untuk meningkatkan kemampuan (prilakunya). Untuk mencapai derajat perawatan kesehatan yang optimal. Tingkat pendidikan dan pengetahuan sangat mempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan perawatan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah dalam kehidupannya baik di lingkungan social maupun di lingkungan kerjanya (Notoatmodjo, 2007).


3.      Informasi  
Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar atau berita tentang suatu media atau alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televise, poster dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas (Tugiman, 2004). Kualitas informasi tergantung dari tiga hal yaitu:
a.    Akurat bebas dari kesalahan tidak biasa untuk menyesatkan.
b.    Tepat waktu, informasi yang disampaikan tidak terlambat.
c.    Relevan informasi mempunyai manfaat bagi pemakainya.
Sumber informasi adalah individu maupun kelompok yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam komunikasi. Sumber disebut sebagai komunikator, yang memiliki syarat-syarat beriut ini:
d.   Mempunyai sikap yang positif untuk terjadinya komunikasi
1.    Pengetahuan tentang pesan yang disampaikan cukup memadai
2.    Latar belakang sosial budaya, pendidikan cukup mendukung untuk terjadinya proses komunikasi (Efendi, 2003).
Informasi yang dapat diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tresedia bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2007).



Wednesday, 28 September 2016

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya ketersediaan atau sumber-sumber yang dierikan oleh lingkungan dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya (Soemarwoto, 2010).
Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup, yang memiliki cirri yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan lainnya. Dengan berbagai tingkah laku, corak kepentingan , keinginan, ideology, pandangan nilai dan seterusnya maka manusia dibawah panji-panji ekosistem tersebut telah banyak mempengaruhi dan mengubah wajah bumi ini dan cenderung tidak lagi mencerminkan ketidakseimbangan (Depkes RI, 2009).
Dalam lingkungan hidup yang baik, interaksi antara berbagai komponen akan selalu terdapat keseimbangan. Keseimbangan demikian boleh disebut tergantung pada kepentingan manusia, karena pada hakekatnya lingkungan hidup adalah bersifat antrophocentris. Artinya lingkungan hidup dipelihara, dibangun atau dikelola dengan sebaik-baiknya tidak lain demi kepentingan dan kelangsungan kehidupan generasi-generasi umat manusia (Muhammad Erwin, 2009).
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup mempunyai jangkauan luas. Peran serta tersebut tidak hanya meliputi peran serta kelompok dan organisai masyarakat, akan tetapi meliputi pula peran serta para individu yang terkena berbagai peraturan dan keputusan administrative. Peran serta setiap orang sebagai anggota masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup sangatlah mutlak diperlukan, apabila diinginkan program-program di bidang pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang itu berhasil dengan baik (Depkes RI, 2010).
Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah disebut masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah (Koentjaraningrat, 2011).
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang menyatakan peran serta masyarakat sebagai berikut:
1.         Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya    untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2.      Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3.      Dan menumbuhkembangkan kemampuan dan kepelaporan masyarakat.
Menurut data baru yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia bahwa 13 juta kematian di seluruh dunia dapat dicegah setiap tahunnya dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Di beberapa negara, lebih dari sepertiga beban penyakit dapat dicegah melalui peningkatan kualitas lingkungan. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dan terbebas dari kontaminasi kotoran dari lingkungan sekitar. Kemudian bagaimana dengan lingkungan yang tidak sehat? Lingkungan tidak sehat adalah lingkungan yang kotor. Lingkungan yang kotor berarti lingkungan tersebut sudah tercemar. Pencemaran lingkungan terbagi atas pencemaran air, udara, dan tanah (WHO, 2012).
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Perilaku manusia yang membuat lingkungan sehat, manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya (Soemarwoto, 2010).
Berdasarkan surve awal yang peneliti lakukan di Gampong Blang Kabupaten Pidie dari keseluruhan masyarakat yang ada di Gampong Blang 33.33% mengatakan kurang termotivasi untuk menjaga kebersihan, sehingga masyarakat tidak begitu berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kemudian perilaku dan pengetahuan tentan kesehatan masih kurang baik dan informasi yang masyarakat dapatkan masih kurang dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mendakan penelitian secara langsung dan dituangkan dalam Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie  Tahun 2015”.

B.       Rumusan Masalah  
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, “Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie.   

C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari tingkat pengetahuan.
b.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari pendidikan.
c.    Mengetahui Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie ditinjau dari perilaku.  

D.      Manfaat Penelitian
1.                Peneliti
Untuk dapat menembah wawasan, informasi dan ilmu pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah di Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah.
2.                Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang menjaga kebersihan lingkungan.
3.                Institusi pendidikan
Sebagai bahan perpustakaan yang dapat di manfaatkan oleh mahasiswa, khususnya untuk menambah referensi perpustakaan.
4.                Tenaga kesehatan
Diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi sehingga dapat melakukan peningkatan serta penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat mengetahui menjaga kebersihan lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang baik.

E.       Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan dan luasnya permasalahan yang ada, penulis membatasi penelitian pada gambaran tingkat pengetahuan, pendidikan dan informasi mengenai Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Gampong Blang Kecamatan Kb. Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2015.

Thursday, 8 September 2016

BAB VI
PENUTUP
6.1   Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistic tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Nifas Tentang Penggunaan Obat Tradisional Di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie 2016 dapat disimpulkan bahwa :
6.1.1   Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.562(p<0,05).
6.1.2   Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.620(p<0,05).
6.1.3   Ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan perilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.113(p<0,05).
6.1.4   Ada hubungan yang signifikanantarakepercayaandenganperilakumenggunakanobattradisional dengan nilai P value = 0.390 (p<0,05).

6.2  Saran
6.2.1     Bagipenulis
Dapatmenjaditambahanilmubagipenulis yang dapatdijadikansebagaibahandalammengembangkanmasalahkesehatandalamlingkunganhidupnyadandapatmenjadiintervensi yang digunakanbagimasyarakatsekitarnyadandirinya.


6.2.2     Bagi institusipendidikan
Sebagai bahan pelajaran dan kajian ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penelitian, dan menambah bahan bacaan diperpustakaan.
6.2.3     Bagi instalasi kesehatan/tempatpenelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan untuk  memberikan penyuluhan tentang  perilakuibunifasdalammenggunakanobattradisional, pengetahuan yang diberikan pada tingkat individu, keluarga maupun   kelompok   yang bertujuan  untuk  mengurangi atau mencegah terjadinya suatu maslahkesehatan. Dan penelitian ini dapat dijadikan acuan pembuatan program yang terkait dengan upaya strategi pembrantasan dan pencegahan penyakit.
6.2.4     Bagi responden
Diharapakan pada responden agar meningkatkan kesehatan yang lebihbaikdanmenjadiilmu yang bermanfaatdalammengambilsebuahkeputusandalammenjagakesehatanhidupnya.
6.2.5      Bagi peneliti lain

Bagi peniliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai penggunaanobattradisionalyanglebihbaikdansepisifiklagidengan menghubungkan antara variabel dengan perilakumenggunakanobattradisional.

Kembali Ke Ibu Nifas Bab I

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1  Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Reubee merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik pemerintah yang terletak di Kecamatan Delima.Dengan  km2 yang meliputi 21 desa.Jumlah keseluruhan petugas/pegawai Pukesmas Reubee adalah 80 orang, diantaranya jumlah Dokter  3 orang, jumlah perawat 40 orang, jumlah bidan 30 orang, jumlah petugas TU 3 orang, jumlah Analis 2 orang, dan jumlah Apoteker/Farmasi 3 orang.
Adapun batas-batas wilayah Pukesmas Reubee yang merupakan wilayah Kecamatan Delima Kabupaten Pidie adalah sebagai berikut :
a.       Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Grong-Grong.
b.      Sebelah Timur  berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Delima.
c.       Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Mila.
d.      Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Padang Tiji.
Adapun fasilitas yang ada di Puskesmas Reubee yaitu Poli KIA, IGD, Rawat Inap,Poli MTBS, Laboratorium, Rumah Dokter, dan Apotik.

5.2  Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie pada tanggal 10 sampai dengan 15 Agustus 2016, dengan jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 55 responden, dan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner penelitian untuk diisi oleh responden.
Hasil penelitian untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Nifas Tentang Penggunaan Obat Tradisional Di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima Kabupaten Pidie 2016.
5.1.1     Analisa Univariat
a.    Perilaku
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Perilaku RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Frekuensi
Persentase
1.
Baik
47
85,5
2.
Tidak Baik
8
14,5
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas perilaku responden berada pada katagori baik yaitu 47 responden (85,5%).
b.   Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan RespondenDi Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
1.
Tinggi
22
40
2.
Sedang
25
45,5
3.
Rendah
8
14,5
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan respondenberada pada katagori sedang yaitu 25 responden (45,5%).

c.    Budaya
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Budaya RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Budaya
Frekuensi
Persentase
1.
Ya
46
83,6
2.
Tidak
9
16,4
Total
55
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas budaya berada pada katagori yayaitu 46 responden (83,6%).
d.   Kepercayaan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kepercayaan RespondenDi Wilayah Kerja
Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Kepercayaan
Frekuensi
Persentase
1.
Ya
46
83,6
2.
Tidak
9
16,4
Total
32
100
                        Sumber: data primer (diolah 2016)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas kepercayaan berada pada katagori yayaitu 46 responden (83,6%).

5.1.2     Analisa Bivariat
a.    Hubungan  Perilaku dengan Pengetahuan
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi Hubungan Perilaku Dengan Pengetahuan Respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Reubee
Kecamatan Delima Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Pengetahuan
Total
P
value
Tinggi
Sedang
Rendah
1.
Baik
20(42,6%)
20(42,6%)
7(14,9%)
47(100%)
0.562
2.
Tidak Baik
2(25,0%)
5(62,5%)
1(12,5%)
8(100%)

Jumlah
22(40,0%)
25(45,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.5 diatas hasil analisa hubungan perilaku dengan pengetahuandiperoleh bahwa responden yang pengetahuan tinggilebih banyak perilaku baikmemakai obat tradisional(42,6%) dibandingkan dengan responden yang pengetahuan rendah(14,9%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.562. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara pengetahuandengan perilaku pemakaian obat tradisional.


b.   Hubungan  Perilaku dengan Budaya
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi Hubungan  Perilaku Dengan Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Budaya
Total
P
value
Ya
Tidak
1.
Baik
41(89,1%)
5(10,9%)
46(100%)
0.113
2.
Tidak Baik
6(66,7%)
3(33,3%)
9(100%)

Jumlah
47(85,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas hasil analisa hubunganbudaya dengan terjadinya perilakudiperoleh bahwa responden yang budaya ya lebih banyak perilaku baik(89,1%) dibandingkan dengan responden yang budaya tidak (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.113. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara budayadengan perilaku pemakaian obat tradisional.








c.    Hubungan  Perilaku dengan Kepercayaan
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi Hubungan  Perilaku Dengan Kepercayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Reubee Kecamatan Delima
Kabupaten Pidie

No
Perilaku
Kepercayaan
Total
P
value
Ya
Tidak
1.
Baik
40(87,0%)
6(13,0%)
47(100%)
0.390
2.
Kurang Baik
7(77,8%)
2(22,2%)
9(100%)

Jumlah
47(85,5%)
8(14,5%)
55(100%)
Data primer (diolah 2016)
Berdasarkan tabel 5.7 diatas hasil analisa hubungankepercayaan dengan perilakudiperoleh bahwa responden yang kepercayaan ya lebih banyak ada perilaku memakai obat tradisional (87,0%) dibandingkan dengan responden yang kepercayaan tidak (12,2%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.390. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara kepercayaandengan perilaku memakai obat tradisional.

5.3  Pembahasan
5.2.1     Hubungan  Perilaku dengan Pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.5 diatas hasil analisa hubungan perilaku dengan pengetahuandiperoleh bahwa responden yang pengetahuan tinggi lebih banyak perilaku baik memakai obat tradisional (42,6%) dibandingkan dengan responden yang pengetahuan rendah (14,9%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.562. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara pengetahuandengan perilaku pemakaian obat tradisional.
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemuai dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau di katakana sebelumnya (Wikipedia.Org/wiki/-pengetahuan di akses 2016).
Pengetahuan adalah hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Natoatmodjo, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Roger 1974 (Natoatmodjo, 2007)diketahui bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan, sebelum mengadopsi prilaku baru di dalam diri orang tersebut akan terjadi proses yang berurutan, Apabila penerima prilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya bila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka prilaku tersebut tidak akan lama.
Dari hasi tersebut peneliti berpendapat pengetahuan yang tinggi juga akan menimbulkan perilaku baik memakai obbat tradsisionalpada  ibu nifas dan Sebaliknya, pengetahuan yang rendah dapat berperilaku yang baik menggunakan obat tradisional bagi ibu nifas.


5.2.2     Hubungan  Perilaku dengan Budaya
Berdasarkan tabel 5.6 diatas hasil analisa hubungan budaya dengan terjadinya perilakudiperoleh bahwa responden yang budaya ya lebih banyak perilaku baik (89,1%) dibandingkan dengan responden yang budaya tidak (33,3%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value = 0.113. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara budayadengan perilaku pemakaian obat tradisional.
Kebudayaan yang diartikan sebagai totalitas pikiran, tindakan dan karya manusia tersebut mempunyai tiga wujud (Koentjoroningrat, 1987 dalam Ibrahim, 2003). Pertama, kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-norma, peraturan, yag bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat dan diraba. Widyosiswoyo (2004) mengatakan gagasan-gagasan yang ada di masyarakat saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk suatu sistem budaya atau culture system, contohnya adalah adat istiadat dan ilmu pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aris( 2006)dengan judulhubunganpengetahuan ibutentang penggunaan obat herbaldipuskesmas bobotsari purbalingga   dengajumlah sampeL 45 orangdarihasilujiX2 menunjukkan faktor budayaberhubungan dengan pemakaian obat trasdisional/obat herbal.
Dari hasil tersebut  peneliti berpendapat bahwa terhadap hubungan antara budaya dengan perilaku menggunakan obat tradisional hal ini dikarenakan  lingkungan masyarakat yang masih banyak menggunakan obat-obat ramuan, daun-daunan,dandapatbudaya dalam perilaku yang baik pada menggunakan obat  tradisional.

5.2.3     Hubungan  Perilaku dengan Kepercayaan
Berdasarkan tabel 5.7 diatas hasil analisa hubungan kepercayaan dengan perilakudiperoleh bahwa responden yang kepercayaan ya lebih banyak ada perilaku memakai obat tradisional (87,0%) dibandingkan dengan responden yang kepercayaan tidak (12,2%). Hasil uji statistik menggunakan chi-square test diperoleh P value= 0.390. Maka dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara kepercayaandengan perilaku memakai obat tradisional.
Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah komitmen atau perjanjian, dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti.Kepercayaan ada jika para pelanggan percaya bahwa penyedia layanan jasa tersebut dapat dipercaya dan juga mempunyai derajat integritas yang tinggi (Karsono, 2006).
Kepercayaan dapat diartikan dengan kepercayaan (belief) atau keyakinan (conviction) suatu pihak terhadap pihak lain atau terhadap suatu hubungan (relationship). (Yuniningsih, 2007).

Dari hasil tersebut  peneliti berpendapat bahwa terhadap hubungan antara kepercayaan dengan perilaku menggunakan obat tradisional hal ini dikarenakan  lingkungan masyarakat yang masih banyak menggunakan obat-obat ramuan, daun-daunan dalam mengobati segala macam masalah penyakit, sehingga menjadi keyakinan yang kuat bagi masyarakat,dandapat menimbulkankepercayaan dalam perilaku yang baik pada menggunakan obat  tradisional.
Lanjutkan Ke Ibu Nifas Bab VI

About Me

My photo
Nama saya munawir, tinggal di aceh, sigli

BTemplates.com

Chattelblog.com
Powered by Blogger.

Popular Post